Swedia memang memiliki konsep
pembangunan yang sedikit berbeda dibanding negara-negara Eropa lainnya.
Swedia sangat mengedepankan pembangunan yang berorientasi pada
kelestarian alam. Di kota seperti Gothenburg, kita bisa menjumpai banyak
perumahan yang memiliki halaman belakang hutan pinus asli. Selain itu,
Swedia juga tercatat sebagai negara pengelola sampah terbaik, lho!
Sampah Sumber Energi
Di Swedia sampah digunakan sebagai sumber energi. Menurut Parlemen Kota Boras, Olle Engstron, sekitar 40% limbah sudah diolah menjadi energi listrik dan bahan bakar kendaraan bermotor. Namun, diperlukan waktu selama 30 tahun untuk melakukan proses pengolahan limbah menjadi energi. Selanjutnya ditargetkan akan mencapai 70% di tahun 2015. Hal ini tentu saja sangat berbeda dengan kondisi di negara kita.
Di Swedia sampah digunakan sebagai sumber energi. Menurut Parlemen Kota Boras, Olle Engstron, sekitar 40% limbah sudah diolah menjadi energi listrik dan bahan bakar kendaraan bermotor. Namun, diperlukan waktu selama 30 tahun untuk melakukan proses pengolahan limbah menjadi energi. Selanjutnya ditargetkan akan mencapai 70% di tahun 2015. Hal ini tentu saja sangat berbeda dengan kondisi di negara kita.
Boras melakukan pendidikan tentang
sampah sejak tahun 1985 dan berlangsung hingga sekarang. Saat ini hampir
seluruh sarana transportasi di Kota Boras menggunakan bahan bakar
biogas hasil dari pengolahan sampah. Hebat, kan?
Keberhasilan pengelolaan sampah di
Swedia tentu didukung oleh pemerintah dan dibarengi dengan kesadaran
masyarakat yang tinggi. Misalnya, masyarakat membayar retribusi
(retribusi di Swedia dikenakan sama untuk setiap rumah tangga), memilah
sampah, dan membeli produk dengan kemasan yang dapat didaur ulang.
Sementara, pemerintah akan memberikan insentif kepada mereka yang secara
signifikan dapat mengurangi jumlah sampah rumah tangga.
Diterapkan di Indonesia
Bercermin dari tindakan Swedia, Indonesia mengambil langkah untuk bekerjasama. Pemerintah Kota Palu misalnya. Tahun ini, mereka bekerjasama dengan pemerintah Kota Boras untuk pengolahan sampah. Seperti halnya Kota Boras, langkah pertama yang dilakukan Kota Palu adalah menciptakan kesadaran dan mengubah cara berpikir masyarakat tentang sampah.
Bercermin dari tindakan Swedia, Indonesia mengambil langkah untuk bekerjasama. Pemerintah Kota Palu misalnya. Tahun ini, mereka bekerjasama dengan pemerintah Kota Boras untuk pengolahan sampah. Seperti halnya Kota Boras, langkah pertama yang dilakukan Kota Palu adalah menciptakan kesadaran dan mengubah cara berpikir masyarakat tentang sampah.
Selain Palu, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta juga melakukan hal yang sama. UGM bekerjasama dengan
pemerintah Swedia akan membangun jaringan di berbagai provinsi di
Indonesia mengenai pemanfaatan dan pengelolaan sampah. Jaringan ini akan
menerapkan konsep baru seperti yang diterapkan di Swedia. Sampah
dinilai sebagai bahan baku potensial untuk diolah kembali sebagai produk
bernilai tambah. Namun, untuk menerapkan konsep ini memang tidak mudah.
Swedia sendiri memerlukan waktu 30 tahun untuk mengolah limbah menjadi
energi. Yang menjadi kendala adalah pola pikir masyarakat saat itu yang
belum terbiasa memilah sampah.
Wah, teman-teman sebaiknya kita juga
memiliki kesadaran untuk hal ini. Mulailah dari hal-hal kecil seperti
memilah sampah sebelum membuangnya. Karena, hal itu dapat mempermudah
proses pengolahan sampah.
Catatan :
Insentif : tambahan penghasilan.
Retribusi : pungutan uang oleh pemerintah.
Insentif : tambahan penghasilan.
Retribusi : pungutan uang oleh pemerintah.
sumber : http://yunior.ampl.or.id
Comments
Post a Comment